Saat sedih menari bersama kegalauanmu
Saat itu juga aku hadir dalam duniamu
Mencoba menjulurkan tangan harapan
Mengajak melangkah demi mencicipi sebuah kedamaian
Ketika mendung tak mewarnai hari-harimu
Ketika itu pula aku akan mencari dunia baru
Dan mencoba menantang hari esok
Aku hanya berlari dan terus berlari
Lari dari sebuah realita dunia
Karena aku memang seorang pecundang
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Tribute to “kadal”
“cobalah untuk melangkah, jangan hanya terdiam”
Rabu, 14 Juli 2010
TERBANG
Ku kepakkan sayap-sayap ini
Mencoba mengitari dunia yang semakin hitam
Sambil menebarkan aroma kedamaian
Ketika bertemu dengan sang Bidadari
Hati ini terpanah akan catatan kelamnya
Ku coba menyelimutinya dengan salju yang menyejukkan
Sambil memberikan warna-warni dunia
Awal yang indah
Entah memberikan aroma surgawi atau tidak?
Namun Sang Bidadari mulai tersenyum manis
Dan dapat terbang bebas
Menantang hidup yang kini semakin tak berwarna
Hari ini dan saat ini
Aku dapat terbang melayang tanpa tujuan pasti
Sampai saat malaikat kematian menjemputku
Dan Memulai Pertarungan Yang Sebenarnya
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Mencoba mengitari dunia yang semakin hitam
Sambil menebarkan aroma kedamaian
Ketika bertemu dengan sang Bidadari
Hati ini terpanah akan catatan kelamnya
Ku coba menyelimutinya dengan salju yang menyejukkan
Sambil memberikan warna-warni dunia
Awal yang indah
Entah memberikan aroma surgawi atau tidak?
Namun Sang Bidadari mulai tersenyum manis
Dan dapat terbang bebas
Menantang hidup yang kini semakin tak berwarna
Hari ini dan saat ini
Aku dapat terbang melayang tanpa tujuan pasti
Sampai saat malaikat kematian menjemputku
Dan Memulai Pertarungan Yang Sebenarnya
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
GODAM SANG AJAL
Galunggu meludahi tanah
Membungkam setiap roh yang bersemayam dalam raga
Terlihat godam sang ajal sibuk bekerja
Menarik jiwa-jiwa kaum marjinal
Kaum yang semakin terjerembab dalam pusaran kematian
Roda yang ada dalam benakku berputar
Mempertanyakan realita dunia kepada Tuhan
Kenapa galunggung tak Kau pindahkan ke kota?
Dimana tempat dosa-dosa beranak pinak
Namun harapan itu seakan menjauh
Sembari melahirkan empati jiwa sang iblis
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Membungkam setiap roh yang bersemayam dalam raga
Terlihat godam sang ajal sibuk bekerja
Menarik jiwa-jiwa kaum marjinal
Kaum yang semakin terjerembab dalam pusaran kematian
Roda yang ada dalam benakku berputar
Mempertanyakan realita dunia kepada Tuhan
Kenapa galunggung tak Kau pindahkan ke kota?
Dimana tempat dosa-dosa beranak pinak
Namun harapan itu seakan menjauh
Sembari melahirkan empati jiwa sang iblis
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
SEMIOTIKA RAJA TEGA
Saat bingkai itu terpampang
Naluri berlomba mencumbuh nafsu
Niat manari namun kini terdiam membisu
Wajah menarik kini membusuk
Menikam jiwa yang kian hampa
Mata tertuju setitik cahaya
Mengiris tubuh yang tak bertulang
Rasa cinta kini menjauh
Rasa benci seakan bersetubuh dengan jiwa
Nilai eksotik pun menjadi racun tinja
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Naluri berlomba mencumbuh nafsu
Niat manari namun kini terdiam membisu
Wajah menarik kini membusuk
Menikam jiwa yang kian hampa
Mata tertuju setitik cahaya
Mengiris tubuh yang tak bertulang
Rasa cinta kini menjauh
Rasa benci seakan bersetubuh dengan jiwa
Nilai eksotik pun menjadi racun tinja
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
CELOTEH Si MISKIN
Ku lihat mereka menikmati makanan
Ku lihat mereka memiliki rumah yang indah
Ku lihat mereka memiliki kasur yang empuk
Mak lapar
Kapan kita makan senikmat mereka
Mak dingin
kapan kita punya rumah seperti mereka
Mak bangun mak
Kenapa sudah berhari-hari mak gak bangun-bangun
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Ku lihat mereka memiliki rumah yang indah
Ku lihat mereka memiliki kasur yang empuk
Mak lapar
Kapan kita makan senikmat mereka
Mak dingin
kapan kita punya rumah seperti mereka
Mak bangun mak
Kenapa sudah berhari-hari mak gak bangun-bangun
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
RACUN TINJA
Aroma surgawi menyengat kalbu
Menggetarkan raga yang kini tak berjiwa
Membunuh kemunafikkan dalam diri
Mata hati seakan mati
Dan kematian tak kunjung menghampiri
Sedangkan candu menari-nari dalam tubuh
Aku hanya berharap dan terus berharap
Melihat mentari terbit esok hari
Sambil tersenyum hangat pada dunia
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Menggetarkan raga yang kini tak berjiwa
Membunuh kemunafikkan dalam diri
Mata hati seakan mati
Dan kematian tak kunjung menghampiri
Sedangkan candu menari-nari dalam tubuh
Aku hanya berharap dan terus berharap
Melihat mentari terbit esok hari
Sambil tersenyum hangat pada dunia
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
MONOLOG
Matahari kini malu tampakkan senyumannya
Begitu juga dia yang selalu bercumbu dengan kehampaan jiwa
Namun hari seakan memberi warna baru
Nafas sang putri sewangi mawar putih
Senyum mengembang menaklukkan dunia
Dan seluruh alam pun seakan bersujud
Bersimpuh dalam monolog ciptaan Sang Agung
Namun kini ia hilang bagai ditelan bumi
Meninggalkan catatan kelam
Yang kini rajin mengalir dari ujung penaku
Saat ini…
Detik ini…
Aku semakin muak dengan penaku
Yang tak henti-hentinya menari
Diatas lembaran kertas putih
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
Begitu juga dia yang selalu bercumbu dengan kehampaan jiwa
Namun hari seakan memberi warna baru
Nafas sang putri sewangi mawar putih
Senyum mengembang menaklukkan dunia
Dan seluruh alam pun seakan bersujud
Bersimpuh dalam monolog ciptaan Sang Agung
Namun kini ia hilang bagai ditelan bumi
Meninggalkan catatan kelam
Yang kini rajin mengalir dari ujung penaku
Saat ini…
Detik ini…
Aku semakin muak dengan penaku
Yang tak henti-hentinya menari
Diatas lembaran kertas putih
~”O”~
Karya:
Vajry Vay
KODRAT SANG PELACUR
Saat lapar mulai menggrogoti tubuh
Media pembunuh mulai menawarkan produk
Seakan kini konsumtif menjadi budayaku
Ingin menikmati namun aku tak sanggup
Yang aku miliki hanya tubuh
Apakah tubuh ini bernilai?
Apakah dapat ditukar dengan uang?
Jika bernilai ingin ku jual
Agar dapat ku nikmati indahnya dunia
Karya:
Vajry Vay
Media pembunuh mulai menawarkan produk
Seakan kini konsumtif menjadi budayaku
Ingin menikmati namun aku tak sanggup
Yang aku miliki hanya tubuh
Apakah tubuh ini bernilai?
Apakah dapat ditukar dengan uang?
Jika bernilai ingin ku jual
Agar dapat ku nikmati indahnya dunia
Karya:
Vajry Vay
Langganan:
Postingan (Atom)